Oleh: Jaya Setiabudi (Founder YEA, ECAMP, Yukbisnis)
Ada customer saya yang lain, beliau adalah buyer dari perusahaan multinasional menelepon saya dan mengatakan, “Jay, itu tadi semua penawaranmu yang masuk hari ini kamu naikan semua 20%.”. Saya kaget dan mencoba mengklarifikasi, takutnya saya salah dengar. Tapi ternyata betul, dia meminta saya untuk menaikkan harga 20% untuk semua penawaran saya hari itu. Nah saya kan takut, waduh ada apa nih, jangan-jangan ada udang di balik batu.
Tapi saya juga tidak ingin seudzon dulu dengan beliau, maka saya tanyakan seperti ini:
“Maaf pak, harga yang sebelumnya bagi saya itu sudah cukup.”
“Naikkan 20% lagi.” (dia terus memaksa)
“Pak maaf pak saya boleh tanya sesuatu tidak..? Apakah ada sesuatu yang saya tidak pahami..?” (maksud saya itu apakah ada hidden message-nya)
“Jay, aku perhatikan kamu beda sama yang lain. Yang lain kalau kasih penawaran biasanya murah di awal, trus sampe aku lengah dipukul sama dia. Aku liat hargamu stabil, kamu gak pernah mukul aku, padahal aku ngerti marginmu berapa. Ini saatnya aku bales kamu.”
Di situ saya kaget dan tidak menyangka, kok ada ya orang seperti ini. Biasanya kan orang itu kalau bisa tekan harga ya terus tekan, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya – dengan biaya sekecil-kecilnya – dan bayar semundur-mundurnya (alias kapitalis). Namun beliau tidak seperti itu. Dia mengerti caranya membalas budi orang lain.
Dia pun terus memaksa agar harganya dinaikkan 20%. Sampai dia ngomong seperti ini:
“Kalau kamu ngasih muka ke aku, kamu naikkan.”
“Baik pak, terima kasih atas kebaikkan bapak.
Akhirnya, saya pun menyetujui untuk menaikkan harganya 20%. Dan tidak berhenti sampai di situ, sampai dia bicara seperti ini:
“Targetmu ke perusahaanku bulan ini berapa, atau tiap bulan berapa..?”
“50ribu USD.”
Tapi dia malah berkata: “Targetkan ke aku 70ribu USD.”
Beliau yang malah memberikan orderan ke saya senilai 70ribu USD. Dan di bulan itu, beliau memberikan orderan ke saya 80ribu USD. Itu dari 1 perusahaan saja, masya Allah..
Nah teman-teman, yang seperti ini seringkali tidak instan. Kita tidak mengerti akan dibalasnya kapan saat berbuat baik. Mungkin juga tidak akan dibalas di dunia, tapi di akhirat. Kita tidak akan mengerti. Saya sudah sering mengalami kejadian ini. Atau kadang perbuatan baik kita tidak dibalas, nah di situlah kita diuji keikhlasannya.
Apakah setiap negosiasi atau tawar menawar harus terjadi closing..?
Mungkin untuk jaman sekarang orang akan aneh terhadap penjual yang melakukan kejujuran, karena sudah terbiasa dengan segala proses yang manipulative. Tapi, tugas kita sebagai penjual ya lakukan yang terbaik, memberikan info produk sejelas-jelasnya dan menjaga hubungan yang baik dengan customer secara tulus. Terjadi beli atau tidak itu Allah yang menentukan. Rezeki tidak akan hilang karena sebuah kejujuran.
Itu saja, semoga menjadi pelajaran bagi kita semua dan semoga bermanfaat..
– Jaya Setiabudi