Oleh: Jaya Setiabudi (Founder YEA, ECAMP, Yukbisnis)
Tahukah kamu, me-resize kemasan dapat menaikkan omset penjualan..? Dan berapa sih sebenarnya ukuran yang pas untuk kemasan produk kita..?
Perlu diingat:
- Kemasan kecil adalah untuk trial customer atau calon pelanggan supaya mau mencoba produk kita.
- Kemasan besar untuk loyal customer atau yang sudah pernah beli, kemudian dia repeat order.
Walaupun hal tersebut tidak bisa berlaku untuk semua produk, tapi itu prinsip dasarnya.
Besar kecilnya kemasan akan berpengaruh pada harga. Harga itu bisa dipengaruhi oleh produknya (banyak gram-nya), atau juga mungkin kemasannya. Kemasan besar dan bagus akan membuat harga menjadi mahal, yang justru bisa menjadi barrier/hambatan bagi calon pembeli untuk membeli pertama kali.
Maka dari itu, saran saya ( Jaya Setiabudi ) bagi pemula biasanya adalah kecilkan kemasannya. Kecilkan hingga orang tidak takut untuk membeli dan kita dapat mengukur angka repeat ordernya dia.
Kemasan kecil, selain untuk trial atau uji coba juga bisa berfungsi sebagai kemasan ‘travel’. Misal saat saya mau traveling, saya biasanya akan membawa perlengkapan mandi seperti pasta gigi ukuran kecil agar menghemat tempat dan tidak memberatkan saya.
Kemasan kecil juga bisa difungsikan sebagai kemasan personal. Contohnya saya menyukai macaroni dan tidak ingin berbagi dengan yang lain. Macaroni tersebut hanya untuk saya saja. Mengapa..?
Jika kita perhatikan produk snack berbumbu seperti macaroni dsb, kebanyakan orang seperti saya cenderung akan memasukan setengah jarinya ke mulut saat memakan macaroni. Kemudian jari yang sudah masuk mulut tadi, masuk ke dalam kemasan lagi untuk mengambil macaroni lagi. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga makaroninya habis. Hal itu membuat macaroni dalam kemasan rentan terkena air liur dan kurang baik jika dimakan bersama orang lain.
Kemasan kecil baik untuk produk sekali pakai, atau sekali makan. Karena jika kemasannya besar tentu tidak akan sekali habis, sehingga kita perlu menambahkan fitur zip/resleting pada kemasan agar konsumen mudah menyimpannya dan buka tutupnya.
Tapi yang perlu diperhatikan dari produk-produk yang sudah dimakan setengah kemudian disimpan untuk besoknya adalah apakah aman dari bakteri atau tidak. Mengingat air liur tadi dalam contoh produk macaroni. Produk yang disimpan lebih beresiko mengundang bakteri daripada yang sekali makan. Inilah yang membuat sebagian target pasar cenderung memilih kemasan personal atau kecil agar sekali habis.
Seperti zanana sekarang sudah menyediakan kemasan kecil 80 gram tanpa zip. Mereka sudah melakukan riset sebelumnya, bahwa konsumen mereka memakan zanana rata-rata 80 gram dalam sekali makan. Sehingga kemasan tersebut memang didesain untuk sekali makan.
Bagaimana dengan kita..? Sudah tahu belum ukuran ‘sekali makan’-nya target pasar kita..? (bagi yang produknya makanan)
Inilah yang harus kita riset.
Contoh produk yang berbagi biasanya adalah kacang kulit. Kemasan dibuat besar agar bisa dimakan bersama-sama. Karena memang biasanya orang makan kacang kulit itu beramai-ramai sambil nonton tv misalnya. Jarang orang yang makan kacang kulit sendirian.
Jadi, saran saya untuk produk snack berbumbu, buat kemasan personal saja. Baik untuk trial maupun yang loyal.
Bagaimana dengan produk lainnya itu beda lagi. Misalnya sabun, biasanya dibeli untuk dipakai bersama dengan keluarga sehingga kemasannya ada yang besar karena masuk ke dalam kategori produk berbagi. Yang menjadi decision makernya kebanyakan sang ibu rumah tangga. Tapi berbeda dengan shampoo, karena shampoo wanita berbeda dengan shampoo laki-laki. Shampoo merupakan produk personal, makanya jarang ditemukan kemasan shampoo dalam ukuran besar.
Tahu darimana..? Hal ini bukan sekedar teori ya teman-teman. Ukuran tersebut berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan terhadap kebiasaan target pasarnya.
Komix merupakan brand yang pertama kali mempopulerkan obat batuk dalam kemasan sachet. Dulu kemasan sachet belum ada, obat batuk hanya menggunakan botol kecil atau besar. Komix sudah melakukan riset sebelumnya bahwa orang itu kalau batuk hanya beberapa hari dan dalam waktu yang lama baru terkena batuk lagi. Akan lebih aman meminum obat batuk yang sekali habis, dibanding minum dari kemasan botol yang sudah dibuka dari 6 bulan lalu misalnya. Oleh karena itu mereka mendesain kemasan sachet.
Mereka membuat tagline ‘glek aja langsung’, yang artinya diminum saja langsung. Tak disangka dari tagline dan kemasan tersebut dapat mendongkrak omset Komix. 75% revenue Komix berasal dari Komix kemasan sachet.
Nah keberhasilan Komix ini di-duplicate oleh produk seperti Tolak Angin. Karena behavior target pasarnya sakit hanya sesekali saja, sehingga tidak membutuhkan produk tersebut dalam jumlah besar.
Misal produknya totol jerawat. Kita harus riset dulu produk tersebut dapat mengobati jerawat dalam berapa hari. Contoh 5 hari, maka kemasan yang kita sediakan adalah kemasan yang menampung totol jerawat untuk pemakaian selama 5 hari saja. Kemudian infokan pada konsumen, Insya Allah dapat menaikkan angka penjualannya karena konsumen akan merasa lebih hemat. Harganya lebih murah, membuat barrier lebih kecil sehingga konsumen tidak takut mencoba untuk pertama kali.
Intinya, kemasan kecil berguna sekali untuk uji ngangenin dan trial customer.
Bagaimana dengan kemasan produk anda, apakah cocok yang besar atau yang kecil..?
- Cek behaviour target pasar anda
- Cek berapa lama kira-kira anda bisa mengukur untuk uji ngangenin produk anda
Ok, selamat mencoba, semoga bermanfaat dan dapat menaikkan konversi penjualan anda.
Salam,