Menggapai cita-cita dan impian yang kamu inginkan gak semudah record video TikTok ya gaes. Eits, ngomong-ngomong soal TikTok nih, bos dari platform creator video musik pendek ini pernah gagal dengan media sosial micro blogging buatannya yang mirip Twitter lho. Yup, doi adalah Zhang Yiming.
Sebelum melejit bersama TikTok, pria asal Tiongkok ini sempat banget ngerasain pahitnya kegagalan. Pada tahun 2009, Zhang membuat social media bernama FanFou. Tapi FanFou masih kalah saing dengan pendahulunya Twitter nih, yang membuat project pertama Zhang itu gak mampu bertahan lama. Di tahun yang sama, Zhang create platform pencarian properti di China dengan nama 99Fang. Untungnya, 99Fang gak bernasib sama dengan FanFou gengs.
Pada tahun 2012, Zhang melihat peluang dari migrasi kebiasaan konsumen yang sebelumnya menggunakan komputer lalu beralih ke smartphone. Dari situlah Zhang meninggalkan posisinya di 99Fang dan mulai mendirikan startup yang membesarkan namanya yakni ByteDance.
ByteDance merupakan startup yang menjadi induk dari beberapa platform, termasuk TikTok. Perjalanannya membangun ByteDance hingga sekarang pun terbilang penuh rintangan gaes. Walau sudah punya pengalaman dua kali bangun startup, project ByteDance milik eks pegawai Microsoft itu sempat tidak dilirik investor lho. Menurut data dari Kr Asia, Zhang sempat ditolak 20 investor dan hampir menjual ByteDance, sebelum akhirnya SIG Asia Investment mau memberikan pendanaan pada project Zhang itu.
Platform pertama yang diluncurkan ByteDance adalah Toutiao pada Agustus 2012. Sebuah machine learning content di China yang pada tahun 2015 mampu ekspansi ke luar negeri dengan nama Top Buzz.
Nama ByteDance makin mencuat setelah merilis Douyin alias Tiktok pada September 2016. Resmi menjadi unicorn pada April 2017, ByteDance pun mengembangkan TikTok untuk pasar di luar China pada September 2017. Selaras dengan ekspansi TikTok, ByteDance menggelontorkan US$1 miliar untuk mencaplok platform serupa yakni Musical.ly pada November 2017. Setelahnya, ByteDance pun merger perusahaan rintisan itu dengan TikTok pada Agustus 2018.
Tak hanya TikTok dan Toutiao, ByteDance juga berinvestasi di beberapa platform agregator konten daring seperti Dailyhunt, dan BaBe yang merupakan platform asal Indonesia. Selain agregator konten daring, ByteDance juga akuisisi Flipagram pada Februari 2017.
Kesuksesan Zhang melakukan ekspansi ke luar Tiongkok dan akuisisi serta merger berbagai platform membuat ByteDance menjadi startup non IPO dengan valuasi terbesar di dunia gengs.
Perjalanan Zhang Yiming membangun ByteDance bisa jadi reminder buat kamu bahwa sukses itu butuh perjuangan ya. Dan gagal, merupakan salah satu bagiannya. Kepiawaian Zhang melihat peluang migrasi kebiasaan konsumen pun bisa kamu contoh untuk selalu siap dengan perubahan. So, keep your spirits up!