Kasus corona yang sudah jadi pandemi merupakan salah satu penyebab berubahnya aktivitas manusia di berbagai belahan dunia. Bagaimana tidak, wabah virus yang bermula dari kota Wuhan China, telah merenggut ribuan nyawa orang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Hingga 21 Maret kemarin pukul 16.00 WIB, data BNPB pusat di Indonesia menyebutkan ada 450 pasien positif corona dengan 38 orang meninggal dunia dan 20 orang telah dinyatakan sembuh.
Sejak ditetapkan kondisi darurat corona pada 16 Maret 2020, social distancing, work from home, #dirumahaja, dan berbagai istilah lain dalam upaya meredam penyebaran Covid-19 telah berdampak di berbagai sektor, termasuk sektor ekonomi dan bisnis.
Ekonomi dan bisnis pariwisata di Bali misalnya, Dinas Pariwisata Bali menaksir sektornya kehilangan pendapatan sekitar Rp 10 miliar dalam waktu hampir satu bulan akibat pembatalan kunjungan 20 ribu wisatawan Tiongkok ke Bali karena merebaknya wabah virus corona.
Dilansir dari Katadata.co.id, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan, dampak penyebaran virus corona dirasakan oleh pengusaha hotel, restoran, dan maskapai penerbangan yang memiliki pangsa dan nilai investasi yang masif. Dinamika ini dikatakan sebagai force majeure atau kondisi yang tidak dapat dihindari.
Penyebaran virus corona juga berdampak pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berdasarkan data yang diolah P2E Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dampak penurunan pariwisata terhadap UMKM yang bergerak di usaha makanan dan minuman (mamin) mikro mencapai 27%. Sedangkan, dampak terhadap usaha kecil mamin sebesar 1,77% dan usaha menengah di angka 0,07%. Pengaruh virus corona terhadap unit usaha kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha menengah 0,01%.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga 0,8%. Padahal, UMKM memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada 2016 sektor UMKM mendominasi 99,9% unit bisnis di Indonesia. Dari angka tersebut, jenis usaha mikro paling banyak menyerap tenaga kerja hingga 87%.
Dari sisi konsumen pun, mereka mau tidak mau membiasakan diri untuk sementara beraktivitas di rumah. Mereka tidak takut kehabisan makanan, karena semua kebutuhannya bisa dihandle melalui smartphone. Pesan makan? tinggal gofood, antar barang? tinggal gosend, meeting? bisa online menggunakan zoom misalnya.
Oleh karena itu, sebagai pelaku usaha, kita harus menyiapkan saluran promosi online. Jangan sampai di situasi seperti sekarang ini kita baru memikirkan bagaimana cara online-nya. Buat konten di instagram, facebook, atau mungkin twitter. Mulai belajar menggunakan iklan online seperti Facebook ads, Google ads, ataupun marketplace ads. Sudah coba belum??
Selain itu, beritahu konsumen bahwa proses produksi hingga pengemasan dilakukan dengan higienis. Kita bisa membuat konten video yang menunjukan proses produksi higienis dengan karyawan yang menggunakan sarung tangan serta masker. Ingatkan mereka juga untuk membersihkan bungkus paket terlebih dahulu sebelum membukanya.
Yuk sudah saatnya usaha kamu go digital. Belanja sudah serba digital, produk kamu juga harus dong. Intip cara siswa YEA Batch 38 yang sudah mendapatkan jutaan rupiah dari jualan online disini. Mereka aja bisa, kamu juga pasti bisa!
YEA Open batch 39, mulai kelas Juli 2020. Hubungi 085100313999. Sampai jumpa di Bandung ya.. 🙂