Faktanya:
90% bisnis Start-up mati di tengah jalan, salah satunya karena kurang ilmu, jaringan, dan pengalaman
Kuliah bisnis di Universitas bukan solusinya..!! Mengapa..?
Karena di sana, materinya fokus pada pengelolaan perusahaan besar yang sudah ada dan semuanya 100% teori. Bukan tentang bagaimana cara untuk membangun bisnismu dari awal. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar lulusan universitas jurusan bisnis tidak bisa membuka bisnis pada akhirnya.
Kamu butuh sekolah bisnis yang full praktek..!
yang bisa mengajarkan cara membangun bisnis dengan memberdayakan modal dan sumber daya yang ada. Mengajarkan kamu cara untuk selalu kreatif dan bertahan di setiap situasi. Sekolah yang memberikan jaringan dan lingkungan yang mendukung untuk bisnismu, serta memberikan mentoring berkelanjutan hingga bisnismu terwujud.
Ada beberapa hal yang dapat kamu jadikan parameter bagus tidaknya suatu sekolah, yaitu:
1. Lihat siapa saja alumninya dan bagaimana track record-nya;
- Lihat siapa saja pematerinya;
- Apa saja kurikulum dan fasilitasnya;
- Dan benefit apa saja yang diberikan.
Laksita, hanya pelajar SMA biasa saat pertama masuk ke YEA 19. Namun sekarang, ia merupakan owner dari Voria Socks yang menghasilkan ratusan juta rupiah perbulan.
Begitupun Gilang, hanya lulusan biasa dari sebuah universitas swasta. Namun karena gigih ingin menjadi pengusaha, maka ia pun memutuskan masuk di YEA batch 22 dan menjadi owner Breakday yang dapat menghasilkan puluhan juta rupiah perbulan hingga saat ini.
Sedangkan di YEA 23 ada Naura dengan Naushop-nya yang mengulik bisnis casing HP dan Hilman dengan bisnis selimut mobilnya Otocover. Keduanya hanya lulusan SMA, namun dapat menghasilkan puluhan juta rupiah perbulan.
Mereka hanya contoh kecil dari sebagian besar alumni YEA yang sukses di bisnisnya. Jangan tanya kabar alumni YEA terdahulu, karena akan tercengang jika tahu omsetnya saat ini. Siapa saja mereka?
Firman Azwir YEA 1 (owner Blackpanda Shoe)
Andri Wongki YEA 2 (owner T-Obenk)
Arif Maulana ‘Kang Ableh’ YEA 6 (owner Oseng Mercon)
Dan masih banyak lagi alumni YEA yang tak bisa disebutkan satu persatu di sini. Silahkan cari tahu sendiri bisnis dan omset mereka saat ini.
Namun yang paling penting di sini sebenarnya bukanlah banyaknya omset, melainkan bagaimana cara mereka menumbuhkan bisnis, menghadapi masalah, sehingga dapat bertahan hingga saat ini. Mengingat 60% siswa YEA merupakan lulusan SMA dan belum punya pengalaman bisnis sebelumnya.
Apa yang telah diajarkan YEA sehingga mereka mau konsisten menjalani kehidupan entrepreneur yang tidak pernah mudah?
YEA memandang belajar dengan cara yang berbeda. Tak seperti belajar bisnis di universitas yang biasanya langsung mengajarkan tahap systemizing, YEA justru mengajarkan bisnis secara bertahap dari mulai starting hingga investing. Sehingga bagi yang belum pernah bisnis sekalipun dapat mengikuti dan paham alur bisnis sebenarnya, paham bahwa membangun bisnis dapat dimulai dari yang kecil dari yang dapat kita jangkau.
Mindset ini yang selalu ditanamkan YEA pada siswa.
Semoga kita semua dapat menjadi young entrepreneur yang dapat bermanfaat bagi sekitarnya.