“Saat krisis, bukan penghargaan yang akan menolong kita. Melainkan cara kita bertindak dan memutar otak. Bisnis, bukan tentang seberapa banyak kita menerima penghargaan, tapi seberapa besar daya juang kita untuk bertahan.” Tutur Andri.
Berawal dari konsep bisnis oleh-oleh di tahun 2010, T-Obenk kini berubah menjadi Sablon Kaos Batam (sablonkaosbatam.com). Fokus bergerak di bidang merchandising kaos, polo shirt, payung, dan gelas, T-Obenk bisa mengantongi omset ratusan juta rupiah perbulannya.
Bukan tanpa perjuangan T-Obenk dapat bertahan dan bertumbuh hingga saat ini. Adalah Andri Kurnianto, sosok dibalik berdirinya T-Obenk. Pria kelahiran Batam 30 Juli 1990 yang memutuskan untuk membuka bisnis pasca SMA.
8 Tahun Andri menjajaki dunia bisnis, setelah menyelesaikan pendidikan bisnis di YEA Batch #2 pada tahun 2008. Banyak hal yang telah ia alami, sehingga menjadikan dirinya sebagai seorang fighter.
Andri membuka usaha ‘Kebab’ sebagai bisnis pertamanya pada Januari 2009. Berjalan baik dengan bantuan investor, hingga dapat mendirikan 5 cabang outlet di Batam. Namun semua terpaksa ditutup karena kecelakaan motor yang ia alami waktu itu. Semua aset dan uang cash yang ada Andri berikan pada investor, sebagai wujud tanggungjawabnya. Total kerugian yang ia tanggung sebesar Rp 50 juta.
Sempat beberapa bulan trauma, Andri akhirnya memutuskan untuk bangkit. Gadget Batam murah, menjadi ide bisnis selanjutnya yang ia pasarkan melalui KASKUS. Namun lagi-lagi bisnisnya tak bertahan lama karena tersendat di bagian distribusi barang ke konsumen.
Karena sering pulang pergi Batam Bandung, ia pun terinspirasi oleh ‘Oleh-oleh Kaos Bandung’ yang menjadi ciri khas Bandung. Kemudian tahun 2010 Andri terapkan hal itu di Batam. Bermodalkan Rp 5 juta, ‘T-Obenk’ hadir sebagai ‘Oleh-oleh Kaos Batam’, dengan bahan dan sablon kaos dari Bandung. Ia pasarkan di outlet Deni ‘Kek Pisang Villa’ saat itu. Di luar dugaan, kaos T-Obenk laris dan diminati.
Namun bisnis tak selalu berjalan mulus. 800 pcs bahan kaos yang dipesan Andri, tak sesuai pesanan. Padahal ia telah menyewa ruko untuk 800 kaos tersebut. Tahun 2011 juga sempat keluar dari ruko, karena biaya sewa yang tinggi. Hingga di tahun 2013, T-Obenk mencapai puncak hutang sebesar Rp 650 juta, untuk modal kerja.
“Penghargaan dimana-mana, padahal hutang numpuk saat itu. Bisnis bergerak, namun sangat tertatih-tatih. Dan saya berpikir bahwa jika kondisi seperti ini terus maka T-Obenk bisa bangkrut.” Jelas Andri.
Akhirnya Andri merubah bisnis model T-Obenk, yang asalnya hanya menyediakan kaos untuk oleh-oleh, berubah menjadi merchandising berbagai produk seperti kaos, payung, dan gelas. Hal tersebut ia putuskan karena bisnis merchandise bisa menghasilkan cash money di awal. Dengan menetapkan DP 30% di awal pada klien, sangat membantu modal kerja sehingga bisnisnya dapat berjalan.
Hal tersebut fokus Andri lakukan, hingga pada akhir tahun 2016 seluruh hutangnya lunas. Kini visi T-Obenk kedepannya adalah untuk menjadi Brand sablon kaos ternama di Indonesia. Andri mengatakan bahwa ia akan mulai membuka cabang di Bandung, sebagai pusat pembuatan kaos.
“Seorang pebisnis itu bisa kuat, karena ia sering bertarung. Jatuh bangun dalam bisnis adalah hal yang biasa. Semua itu berguna agar mental kita terasah, sehingga saat jatuh maka akan cepat bangkitnya.” Tutur Andri.