Kurva kasus covid-19 di Indonesia yang mulai berangsur turun di beberapa daerah menandai berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemerintah sendiri sudah mengindikasikan penerapan new normal di empat provinsi yakni DKI Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Gorontalo. Semua sektor bersiap adaptasi dengan new normal. Di dunia bisnis, siapapun yang mampu menyesuaikan diri dengan market dan situasi new normal dialah yang bertahan. Nah, gimana sih cara akselerasi bisnis di kondisi new normal ?
Tulisan mas Jaya Setiabudi berikut ini dapat menjawab pertanyaan itu. Bagaimana bisnis kamu dapat terus bergerak dan bertahan di kondisi new normal. Konsepnya ada 5 cara.
- FOKUS
Kebanyakan pengusaha pemula susah fokus. Jika kamu masih menjadi kutu lompat atau palugada, oke saja, tapi itu belum disebut pebisnis, melainkan sedang latihan bisnis. Ada saatnya kamu lulus dan menikahi salah satu, kemudian beranak pinak. Pilih satu yang paling berpotensi di masa sekarang dan mendatang.
- GUNAKAN INTERNET
Internet adalah DAYA UNGKIT BISNIS, menembus ruang dan waktu. Cek orang terkaya yang termuda (dibawah 40 tahun) di dunia, jika bisnisnya bukan warisan, bisa dipastikan akan bersentuhan dengan dunia online (internet). Iya apa iya? Saat ini sudah banyak pemuda yang meraih US$ 1 juta dalam waktu kurang dari 1 tahun. Media sosial salah satu cara akselerasi bisnis di kondisi new normal.
- HINDARI PRODUKSI
Anak muda kebanyakan belum matang secara kepemimpinan. Sangat lambat jika harus masuk ke ranah produksi. Alih dayakan produksi ke ahlinya. Indonesia berlimpah ‘tukang jahit’ (produsen), namun kekurangan pemasar (brand owner). Generasi tua memproduksi, generasi muda memasarkan.
- PILIH PRODUK YANG BISA DI-ONLINE-KAN
Sebisa mungkin, pilih produk yang mudah didistribusikan secara online (dipaketkan). Jika produkmu susah dikirimkan (paket) keluar kota, maka akan terkendala distribusi. Mau tak mau harus membuka outlet fisik. Misalnya, puding, jika dipaketkan akan jadi bubur. Tentu membutuhkan outlet fisik. Akan relatif lebih rumit membangun saluran distribusi konvensional (offline), dibanding online.
Teknologi pangan dan packaging sudah sangat maju saat ini. Konsultasilah kepada ahlinya, untuk mendapat solusi meng-online-kan produkmu, jika belum.
- PILIH TARGET PASAR YANG MELEK INTERNET (NETIZEN)
Selaras dengan produk yang sebaiknya mudah dikirimkan, maka target pasarnya pun harus online, bukan offline lagi. Dengan kata lain, bidiklah mereka yang berusia belasan hingga 35 tahun (kebanyakan) dan aktif di media sosial.
Para pelajar hingga mahasiswa bagus untuk memviralkan produkmu, tapi tak loyal terhadap merek tertentu. Sedangkan usia kerja (23 – 35 tahun) ‘berkurang’ viralnya, namun relatif lebih loyal dan mampu. Kombinasikan keduanya.
INGAT: Tips tersebut hanyalah saran, bukan pantangan. Jika dipatuhi, maka akan relatif lebih cepat, dibanding jalan konvensional yang kau tempuh. Tentu saja kembali padamu. Jika sesuatu dikerjakan dengan sepenuh hati dan ketekunan, in syaa Allah sukses tinggal menunggu gilirannya.
Terus kalau buat orang tua? Kerjasamalah dengan anak muda..!
Inilah jaman keemasan bagi generasimu, dimana kamu akan relatif lebih cepat sukses dari orang tuamu.
Kalau kamu ingin belajar lebih lanjut bahkan mentoring dengan mas Jaya Setiabudi dan praktisi-praktisi bisnis lainnya gabung di YEA Virtual!
Hadir sebagai kelas online selama 2 bulan dan bisa diikuti oleh siapapun dan dimanapun tanpa dibatasi usia
Lebih dari 30 materi bisnis di YEA reguler akan dibahas di sini. Biayanya..?? Hanya 5 juta aja (terbatas untuk 50 orang yang lolos seleksi)
Mulai belajar insya Allah tanggal 23 Juni 2020. Daftar disini!